Menanggapi Tulisan yang Berjudul "Menakar Hakikat Pensi Sekolah"
Saya ingin menanggapi tulisan pak Setia Naka Andrian
yang berjudul “Menakar Hakikat Pensi Sekolah” dalam buku Remang-remang
Kontemplasi. Saya sangat setuju dengan tulisan tersebut yang menyinggung
tentang. Hampir setiap sekolah pasti mengadakan pensi atau pentas seni siswa.
Bahkan ada sekolah yang dalam mengadakan pensi mengundang artis-artis ibu kota
yang mana mereka rela mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk mensukseskan
acara pensi tersebut. Namun dalam tulisan pak Naka saya tahu, tidak seharusnya
sebuah sekolah mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk mendatangkan
artis-artis ibu kota. Tidak masalah memang jika sekolah tersebut mampu.
Namun, alangkah lebih bagusnya lagi jika uang sebanyak itu digunakan untuk hal
yang jauh lebih bermanfaat. Misalnya digunakan untuk pengembangan para siswa
menuju pensi yang benar-benar dari, oleh, dan untuk siswa itu sendiri. Kerena
seperti yang saya ketahui setiap diadakannya pensi yang mendatangkan artis-artis
ibu kota yang berperan aktif di atas panggung itu bukan siswa melainkan
artis-artis ibu kota tersebut. Siswa-siswinya yang menjadi panitia justru hanya
menjadi kuli saja di belakang panggung, dengan tujuan suksesnya acara artis
tersebut. Mereka tidak ikut berperan padahal, acara pensi itu sebenarnya acara
mereka, yang punya juga mereka bukan artis itu. Buat apa siswa menghabiskan
tenaga, pikiran, dan uang bahkan siswa rela kehilangan jam belajar jika hanya
untuk menjadi kuli semata dan siswa lainnya hanya menjadi tim hore tepuk tangan
semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar