Senin, 18 Desember 2017


PENGUSAHA MUDA YANG TEKUN


Di usianya yang masih muda, wanita kelahiran Belitung ini mampu menjadi pengusaha sukses. Wanita ini hanya lulusan SMP yang merupakan anak sulung dari keluarga yang biasa-biasa saja, sehingga wanita ini bertekad untuk menjadi pengusaha yang sukses.
“saya memilih rumah makan ini karena tidak rumit dalam persiapan memasak maupun penyajian” ujar wanita kelahiran Belitung itu.
Alasan lain dia membuka rumah makan karna dia berfikir kebanyakan orang-orang dari luar sering datang ke Belitung. Ia merintis usaha tersebut dari nol. Sejak awal ia sudah membuat konsep membuka warung makan ini secara murah dan mengambil untungnya tidak terlalu berlebihan.
“saya mengambil untungnya emang sedikit, agar pelanggan minat datang ke warung RUMAH MAKAN saya” ujar wanita itu.
Soal modal, wanita ini meminjam kepada temanya yang bekerja di BANK. Ia meminjam modal kurang lebih 50 juta, modal lainnya adalah ketekunan. Wanita ini mencoba-coba sendiri resep-resep makanan yang cocok di lidah pelanggan. Karena pelanggan puas wanita ini pun memberanikan diri untuk memperluas daya jelajah. Pengembangan usahanya ini berhasil, dia memutuskan untuk mengambil seorang karyawan untuk menolongnya. Dia tidak sanggup sendiri karena kini pelanggan semakin ramai. Demi uang dia pun membuka warung siang sampai malam.
“kenapa tidak 24 jam saja kita buka bu?” ucap karyawanya.
“terlalu lama itu. Saya pikir siang sampai malam sudah cukup karna saya takut kalian kelelahan” ucap wanita sukses itu.
          Selama kurang lebih 1 tahun WARUNG MAKAN wanita itu direnovasi menjadi lebih besar lagi. Dia pun mengambil karyawan yang lebih banyak lagi. Wanita ini pun berusaha untuk menaikkan harga warung makannya sedikit, karena dia berfikir banyak karyawan yang menolongnya dan pengeluaran hasil gaji-gaji karyawanya sangat besar.
“RUMAH MAKAN ini banyak digemari semua orang karna terkenal dengan masakannya yang lezat serta karyawan-karyawanya yang sopan dan santun. Kini keuntungan yang wanita muda itu dapatkan banyak, dan pelanggan-pelanggannya kini menjadi pelanggan setia di RUMAH MAKAN wanita itu. Seumur hidupnya belum pernah ia memegang uang sebanyak itu. Ia pun berusaha keras lagi untuk mengembangkan warung makannya itu.
Kini di sepanjang usianya wanita itu tak pernah melihat kecurangan yang dilakukan oleh karyawan-karyawanya. Ia pun semakin bangga kepada semua karyawanya karna kegigihan yang dilakukan.
Wanita sukses itu mulai merencanakan bisnisnya dalam waktu dekat, wanita yang berdarah Belitung itu mulai menjelajahi peluang bisnis lunch box untuk pesanan-pesanan jarak jauh. Saat ini wanita sukses itu juga sudah membuka usaha baru yaitu dibukanya Butik. “Kepada siapapun yang ingin terjun dalam dunia bisnis asalkan punya niat dan tekad, niscaya siapapun dapat memiliki usaha sendiri”. Ujar wanita sukses itu.


Semarang, Desember 2017
Nurlaila PBSI UPGRIS '17

Bedah Buku Eventide


Saya dan teman-teman kelas yang ikut acara Bedah Buku masuk aula sedikit terlambat, karena harus mengikuti perkuliahan terlebih dahulu. Saya masuk ke aula kurang lebih sekitar pukul 09.10 WIB. Pada saat itu acara sudah dibuka, dengan penyerahan penghargaan kepada bapak Handy TM oleh bu Asrofah selaku Dekan FPBS. Peserta yang hadir disarankan untuk mengisi presensi terlebih dahulu, dan mengambil kudapan yang telah disediakan. Kemudian duduk di kursi untuk menyimak keberlangsungan acara bedah buku oleh pemateri. Dimulai dengan sambutan oleh Dekan FPBS Ibu Asrofah. Di dalam penyampaian sambutannya bu Asrofah sedikit menyinggung pak Naka, yang biasanya selalu aktif dalam setiap acara bedah buku. Namun kali ini pak Naka hanya diam. Hal ini karena pak Naka mendapatkan amanah sebagai ketua dalam acara bedah buku kali ini. Buku-bukunya pak Naka sudah sering dibedah. Menurut bu Asrofah hal ini tentu menarik dan unik. Setelah sambutan selesai, dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh salah satu mahasiswa PBSI. Puisi yang dibacakan diambil dari salah satu puisi yang terdapat di dalam buku yang ingin dibedah. Setelah itu, masuklah ke puncak acara bedah buku Eventide karya Handy TM. Dibuka oleh pemateri yang pertama yaitu bapak Teguh Satriyo. Pak Teguh menyebutkan bahwa sebenarnya pak Handy merupakan seorang penyair asli Semarang. Walaupun judul buku yang beliau tulis menggunakan bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Puisi-puisi yang ada di dalam buku ini dikumpulkan sudah sangat lama, yaitu 36 tahun. Ada 170 judul puisi di dalam buku tersebut. Pak teguh membacakan salah satu puisi yang ada di dalam buku tersebut yang berjudul “Jesica”. Kemudian menanyakan maksud dari bait pertama kepada peserta yang hadir. Ada seorang mahasiswi yang bisa menjelaskan maksud dari bait pertama puisi tersebut. Berhasil menjelaskan maksudnya, ia mendapatkan sebuah buku yang sudah disiapkan oleh panitia. Pak Teguh juga menyebutkan, bahwa bukan hanya buku Eventide ini yang dikumpulkan pak Handy dalam waktu yang tidak sedikit, tetapi juga buku-bukunya yang lain. Buku ini berisi puisi yang tenang. Setelah membaca buku ini, pak Teguh juga memiliki keinginan untuk membaca kumpulan buku-bukunya yang lain. Serta kumpulan puisi-puisi yang lain yang telah ditulis pak Teguh. Saat pak Teguh membaca buku ini, menurut beliau langsung bisa di mengerti. Berbeda dengan buku yang lainnya. Puisi “Di Bawah Gerimis" Banyak bukti-buktinya tertuang. Nuansanya itu melankolis sangat asik untuk dibaca. Pak Teguh menyarankan untuk segera memiliki buku Eventide ini. Meskipun begitu, puisi-puisi yang ada di dalam buku tersebut sangat mengasikkan, menurut pak Teguh ada juga puisi yang membutuhkan tenaga untuk membacanya. Misalnya dalam puisi yang berjudul “Pergilah” yang terdapat dalam halaman 130. Mungkin ada juga yang lainnya. Maksudnya ada emosi yang tertulis di dalamnya. Pak Teguh menyebutkan bahwa, dari banyak buku puisi yang dibaca beliau, buku Eventide ini tidak menyesatkan. Hal ini karena di bawah puisinya terdapat catatan kecil, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami maksud dari puisi tersebut. Kemudian dilanjutkan pak Nur Hidayat, beliau lebih memancing peserta untuk aktif. Di awal pak Hidayat menyinggung masalah kekinian yang sering digunakan anak muda saat ini, sehingga pak Hidayat pernah melihat ada warung makan ayam geprek yang menggunakan kata kekinian. Dimulai dengan puisi pak Handry itu hanya bisa dimengerti oleh pak Handry sendiri, biar orang tidak mengerti maksud dari kata-katanya, karena terdapat simbol-simbol tertentu yang sulit dipahami. Hal Itu disebabkan karena penyair itu memang egois, karena biar mereka bisa menciptakan terus karya-karya untuk seterusnya. Pak Hidayat mulai membahas isi puisi tentang kopi sekarang yang tidak hanya dinikmati oleh orang tua saja. Namun bisa dinikmati oleh semua kalangan. Pak Hidayat mengajak peserta untuk lebih membuka diri dengan membaca lebih jauh. Materi yang disampaikan pak Hidayat lebih kepada sejarah Amerika, bukan kepada isi buku Eventide itu sendiri. Sangat menarik, bisa lebih menambah wawasan untuk saya pribadi, dan juga peserta yang lainnya. Dilanjutkan oleh pak Handry TM. Dibuka dengan memberikan sebuah pertanyaan tentang apa bedanya laki-laki playboy dengan laki-laki penjudi?”. Ada seorang mahasiswa semester 1 yang menjawab pertanyaan pak Handy tersebut. Kemudian pak Handry menawarkan kepada peserta lainnya apakah ada yang ingin menyangga jawaban dari mahasiswi tersebut. Ternyata ada. Seorang mahasiswa semester 1 juga, yang kebetulan teman sekelas mahasiswi tersebut. Setelah selesai, mereka berdua mendapatkan buku dari panitia dan yang satunya dari pak Handy sendiri. Kembali kemateri, pak Handy menyetujui pendapat pak Hidayat, yang menyebutkan bahwa penyair itu egois. Itu karena pak Handy pun juga merasakan seperti itu. Tidak peduli kalau puisinya nanti akan dibaca oleh siapa pun. Selanjutnya menawarkan kepada peserta untuk membacakan puisi yang terdapat pada halaman 17. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Diakhiri dengan foto bersama, selesai sekitar pukul 12.00 WIB. 

Impian Yang Terkabul


Ia terlahir dan di besarkan di keluarga yang miskin. Namun, seorang ibu yang berprofesi sebagai penjual jamu  gendong ini tidak pernah mengeluh terhadap rezeki yang di berikan oleh Allah SWT. Ibu Ina begitulah nama penjual jamu tersebut. Terlihat jelas kondisi rumah yang Ia tempati, Nampak tidak sebagus dan semewah rumah-rumah tetangganya. Ia tinggal bersama dengan anak gadisnya yang masih sekolah, dengan mendapatkan beasiswa, di sekolah yang berkelas. Dini, begitulah nama anak ibu Ina itu. Dini terkenal sebagai murid yang pintar. Namun, Ia tidak pernah malu dengan kondisi keluarganya.
Sejak kecil Ia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh orang dewasa. Hanya dengan mengandalkan hasil panen sawah, itu pun hanya  beberapa petak. Ayah Dini sudah lama meninggal akibat tabrak lari, yang penabrak tidak bertanggung jawab.
Semenjak Ayahnya meninggal keluarga  tersebut sangat kesulitan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Jangankan memikirkan lauk pauk, makan nasi putih saja sudah cukup bagi keluarga tersebut.
”Din hari ini dagangan ibu sepi pembeli, kita hanya punya nasi putih saja. Tidak apa-apa kan nak?“. ujar sang Ibu sambil meletakkan nasi tersebut di lantai. Karena mereka tidak mempunyai meja makan. “Ia buk tidak apa-apa”. Ucap Dini dengan senyum yang di buat-buat.
Semakin hari dagangan ibu Ina semakin sepi pembeli. Setelah berjalan cukup jauh sambil menggendong jamunya, ibu Ina berhenti di bawah pohon yang cukup rindang. Sambil sesekali mengusapkan keringatnya. Ibu Ina kepikiran tentang tabungan yang Ia punya, walaupun tidak terlalu banyak tetapi cukup untuk modal membuka warung bakso.
“Saya kan punya tabungan bagimana kalau saya buka warung bakso saja. Kebetulan saya bisa membuat bakso. Sebab, dulu suami saya berdagang bakso.” Ucap ibu Ina dengan wajah yang sangat senang.
Tapi di sisi lain ibu Ina kepikiran dengan Dini , sebab uang tabungan tersebut itu untuk biaya kuliah Dini. “Itu kan tabungan untuk Dini kuliah nanti”. Ucap ibu Ina sambil cemberut. Tiba-tiba mukanya yang sangat senang berubah menjadi kacau. Ibu Ina sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari untuk masa depan Dini. karena Ia tidak mau Dini nantinya merasakan susah, bahkan sampai-sampai berjualan jamu gendong, seperti ibunya saat ini. Ibu Ina ingin melihat anaknya bekerja di tempat yang layak, tidak seperti dirinya.
Sementara waktu Ia mengurungkan niatnya untuk membuka warung bakso, tetapi akan Ia perhitungkan lagi nanti setelah Dini lulus SMA, kebetulan sekarang Dini sudah kelas XII. Setelah lamanya berteduh di bawah pohon tersebut, ibu Ina memutuskan untuk pulang, matahari juga sudah mengelup di Barat. Sesampainya di rumah Ia langsung tertidur karena benar-benar  lelah. Tidak ada makan malam untuk malam ini, Dini pun ikut tidur dengan perut yang melilit karena lapar.
Ayam pun sudah berkokok. Tak seperti biasanya, tetapi hari ini ibu Ina belum bangun dari tempat tidurnya. Dini pun berniat membangunkan ibunya. Walaupun dengan berat hati, karena melihat wajah ibunya yang sangat letih.
“Ibu hari sudah pagi apa ibu tidak jualan”. Ujar Dini sambil menggoyangkan tubuh ibunya. “kalau misalnya ibu benar-benar capek tidak usah dipaksakan untuk berjualan. Ibu istirahat saja hari ini. Kalau begitu Dini berangkat sekolah dulu ya buk”.
Mendengar Dini ingin berangkat sekolah ibu Ina langsung bangun. Walaupun Ia sudah bangun dari tadi. “Din hari ini ibu tidak jualan jamu, karena dari kemaren dan kemarennya lagi dagangan ibu sepi pembeli. Ditambah lagi badan ibu capek, kamu berangkat sekolah saja belajar yang giat, hati-hati di jalan”. Kata ibu ina. Mendengar ucakan ibunya Dini melangkah dengan berat hati.
Di setiap perjalanan Ia selalu mengingat ucapan ibunya. Sesampainya di sekolah Dini tidak seperti biasanya yang ceria dan aktif. Hari ini Ia murung, sampai akhirnya guru fisika masuk ke dalam kelasnya. Pak Subagio, itu lah nama guru fisika Dini yang terkenal kiler.
“Selamat pagi, pak”. Murid-murid menyapa pak Subagio.
“Pagi” jawabnya dengan santai.
Selama pelajaran berlangsung Dini memandang dengan pandangan kosong, tak lama pak Subagio menyadarinya dan kemudian pak Subagio membuyarkan lamunan Dini. Dengan menyuruhnya mengerjakan soal di papan tulis.
“Din kerjakan soal di papan tulis!”. Ujar pak subagio dengan nada sangar.
“Baik pak”. ucap Dini dengan gemetar. Dini melangkah dengan langkah gemetar, sebab sedari tadi Ia tidak mendengarkan apa yang di jelaskan oleh pak Subagio.
Dini hanya mematung di depan kelas. Ia tidak bisa menjawab soal itu, hingga akhirnya pak Subagio memarahi Dini. “Dini kenapa kamu dari tadi melamun dan tidak mendengarkan bapak menjelaskan. Kalo kamu punya masalah di rumah jangan dibawa ke sekolah”. Ucap pak Subagio dengan sangat marah, yang membuat Dini dan murid-murid yang lain tidak berbicara sedikit pun.
“Kalau begitu bapak akan menghukum kamu”. Ujarnya dengan menunjuk kearah Dini. “Kamu bapak hukum pulang hari ini dan jangan ikut pelajaran selanjutnya hari ini”. Ucap pak Subagio yang sangat marah saat itu.
Dini sangat terkejut mendengar hukuman yang di berikan oleh pak Subagio. “Pak saya minta maaf atas perbuatan saya tadi, saya janji saya akan mendengarkan penjelasan bapak tadi dan tidak akan melamun lagi”. Ujar Dini dengan nada memohon.
“Tidak bisa keputusan bapak sudah bulat”. Kata pak subagio.
“Pak, bapak boleh menghukum saya apa saja, asal jangan menyuruh saya pulang”. Dini terus membela diri, tidak terima dengan hukuman yang di berikan oleh pak Subagio.
“Kamu berani melawan bapak?”. Ujar pak Subagio sangat kesal.
“Baik lah pak saya pulang sekarang juga”. Ucap dini dengan terpaksa.
Dini melangkah kearah tempat duduknya mengambil tas dan pamit kepada pak Subagio. “Permisi pak”. Ucap Dini sambil melangkah pergi.
Sesampainya di rumah, ibunya bertanya dengan nada kaget. “Dini kamu kok pulang lebih awal, kamu buat masalah ya?”. Tanya ibu Ina.
“Iya buk Dini tidak mendengarkan penjelasan guru”. Ucapnya dengan jujur.
“Kok bisa kamu tidak mendengarkan penjelasan guru, memangnya kamu lagi mikirin apa?”. Tanya ibunya.
“Maaf buk sebelumnya, Dini kepikiran soal perkataan ibu tadi pagi”. Jelasnya.
Ibunya kaget mendengar penjelasan Dini “Ibu minta maaf ya Din”. Ucap ibunya dengan rasa bersalah.
Lima bulan setelah kejadian itu, hari ini Dini akan menerima hasil kelulusan. Dengan minta doa restunya kepada sang ibu agar hasilnya sangat memuaskan. “ Buk doakan Dini ya agar Dini lulus dengan hasil yang memuaskan”. Ucap Dini dengan penuh harap.
“Kamu pasti lulus dangan nilai yang memuaskan, Nak”. Ucap sang ibu dengan pasti.
Hasil pun dibagikan dan hasilnya pun sangat-sangat memuaskan. Dini sangat bersyukur karena semua itu tidak lepas dari doa ibunya. Dini dan ibunya pulang dengan wajah yang berseri-seri. Sesampainya di rumah ternyata ibunya sudah memasak makanan yang siap di santap mereka. Selesai makan ibunya membahas soal tabungan itu.
“Din ibu minta maaf sebelumnya, ibu ingin membahas soal tabungan. Bagaimana kalo kamu tidak kuliah dulu. Sebab ibu ingin menggunakan uang tersebut, untuk modal ibu membuka warung bakso”. Ucap ibu Ina.
“Iya buk tidak apa-apa, sementara Dini tidak kuliah dulu. Dini bantu ibu dagang bakso”. Ucap Dini dengan semangat.
“Ibu senang Din mendengarnya”. Ucap ibu dengan senang.
Setiap usaha tidak langsung sukses, pasti ada masa sulit dan masa senangnya. Hari pertama mereka jualan bakso di samping rumahnya, pengunjung mulai ramai. Semakin hari semakin ramai saja. Terlebih lagi tidak ada yang komplain. Yang ada hanya pujian-pujian yang keluar dari mulut para pengunjung. “Buk Ina baksonya enak, tidak nyesal saya makan disini”. Ucap pengunjung kepada bu Ina.
Bulan demi bulan pun berlalu tak terasa buk Ina pun sudah mempunyai karyawan untuk membantunya berjualan dan tidak terasa modalnya sudah kembali. Hingga saat malam tiba, saat Dini dan ibunya makan malam, percakapan antara mereka pun terjadi.
“Din sekarang modal ibu sudah kembali, malahan lebih. Ibu ingin mewujudkan keinginan kamu untuk kuliah di tempat yang berkualitas”. Ucap ibunya kepada Dini.
“Alhamdulillah, makasih ya buk, akhirnya Dini bisa kuliah juga, sama seperti teman-teman Dini yang lain. Dini sangat senang mendengarnya”. Ucap Dini sambil tersenyum bangga. “Dini janji akan kuliah dengan benar dan tidak akan mengecewakan ibu”. Janji Dini kepada ibunya.
Terlebih dari itu semua, Dini dan ibunya tidak pernah berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Dan kini kehidupan keluarga ibu Ina sudah berkecukupan.



Cerpen Nurlaila PBSI UPGRIS '17

Minggu, 17 Desember 2017


“Kerja Keras Juragan Sayur”

Singkat cerita, sore itu saya dan ketiga teman saya mendatangi rumah seorang pengusaha yang  sukses dalam bidang perdagangan. Yang bertempat tinggal di Dsn.Cemara II. Ia seorang laki-laki paruh baya yang berusia 50 tahun, bernama Robi. Mempunyai istri yang bernama Jaimah. Dalam usahanya bapak Robi ini selalu mengalami banyak rintangan mulai dari ejekan orang, dan bahkan kebangkrutan. Pak Robi ini mengalami kebangkrutan bukan hanya satu kali, melainkan berkali-kali. Tetapi beliau tidak putus asa. Dalam menjalani masa sulit ini, beliau bekerja ngelangkong (kerja sama orang lain). Beliau mengaku, tiap malam tanpa henti-hentinya berdoa minta pertolongan sama Allah SWT. Berkat usaha dan kerja kerasnya, pada tahun 2000, beliau mempunyai keinginan lagi untuk membuka usahanya kembali. Yaitu menjadi seorang pedagang sayur, yang tidak lupa dibantu istrinya.  Dengan modal pertamanya yang beliau pinjam dari BANK BRI. Waktu pertama beliau membuka lagi usaha tersebut, banyak sekali orang-orang yang komplein. Tetapi ia tidak menghiraukan itu, yang ia tahu saat itu hanyalah keberhasilan. Tanpa mendengarkan ocehan orang lain, akhirnya dagangannya laris. Semakin hari, semakin terlihat hasilnya. Tidak berhenti sampai disitu, beliau juga membuka lahan perkebunan di daerah Siun, yang luasnya puluhan hektar. Dari hasil usahanya juga sekarang beliau bisa memiliki rumah yang ukuranya cukup besar, dua buah mobil, dan beliau juga sudah mempunyai lebih dari 5 orang pekerja yang membantunya berdagang. “Saya sangat Bangga, karena sekarang saya hanya memetik hasilnya saja atas semua kerja keras saya”. Ujar pak Robi, di akhir wawancara.  

Menanggapi Tulisan yang Berjudul "Menakar Hakikat Pensi Sekolah"


Saya ingin menanggapi tulisan pak Setia Naka Andrian yang berjudul “Menakar Hakikat Pensi Sekolah” dalam buku Remang-remang Kontemplasi. Saya sangat setuju dengan tulisan tersebut yang menyinggung tentang. Hampir setiap sekolah pasti mengadakan pensi atau pentas seni siswa. Bahkan ada sekolah yang dalam mengadakan pensi mengundang artis-artis ibu kota yang mana mereka rela mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk mensukseskan acara pensi tersebut. Namun dalam tulisan pak Naka saya tahu, tidak seharusnya sebuah sekolah mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk mendatangkan artis-artis ibu kota. Tidak masalah memang jika sekolah tersebut mampu. Namun, alangkah lebih bagusnya lagi jika uang sebanyak itu digunakan untuk hal yang jauh lebih bermanfaat. Misalnya digunakan untuk pengembangan para siswa menuju pensi yang benar-benar dari, oleh, dan untuk siswa itu sendiri. Kerena seperti yang saya ketahui setiap diadakannya pensi yang mendatangkan artis-artis ibu kota yang berperan aktif di atas panggung itu bukan siswa melainkan artis-artis ibu kota tersebut. Siswa-siswinya yang menjadi panitia justru hanya menjadi kuli saja di belakang panggung, dengan tujuan suksesnya acara artis tersebut. Mereka tidak ikut berperan padahal, acara pensi itu sebenarnya acara mereka, yang punya juga mereka bukan artis itu. Buat apa siswa menghabiskan tenaga, pikiran, dan uang bahkan siswa rela kehilangan jam belajar jika hanya untuk menjadi kuli semata dan siswa lainnya hanya menjadi tim hore tepuk tangan semata.
Gebyar Bulan Bahasa


     Dalam rangka memperingati penutupan Gebyar Bulan Bahasa 2017, BEM FPBS (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni) Universitas PGRI Semarang mengangkat tema “Berbahasa dan Berkarya” yang jatuh pada Senin, 30 Oktober 2017. Acara penutupan  Bulan Bahasa yang bertempat di Balairung Universitas PGRI Semarang sangat meriah. Karena seluruh mahasiswa FPBS diwajibkan menggunakan pakaian adat. Mahasiswa masuk dari 2 pintu, untuk prodi PBI masuk dari pintu A, sedangkan prodi PBSI dan PBSD masuk dari pintu B. Masuk di dalam Balairung suasana sudah ramai dengan mahasiswa yang menggunakan pakaian adat. Bahkan bukan hanya mahasiswanya yang menggunakan pakaian adat, tetapi para dosen juga menggunakannya. Sebelum acara Bulan Bahasa dibuka, moderator mengajak semua yang hadir untuk gladi menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza. Mungkin hampir semua yang hadir baru pertama kalinya menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza. Bisa dilihat dari mereka menyanyikannya dengan penuh semangat. Sembari menunggu persiapan selesai, moderator mengajak mahasiswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, yang nantinya akan mendapatkan hadiah jika benar menjawabnya. Di samping memberikan pertanyaan, moderator secara singkat menjelaskan asal-usul Bulan Bahasa di Universitas PGRI Semarang. Pembukaan Bulan Bahasa dimulai sekitar pukul 8, yang telah dihadiri oleh pak Rektor Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. Kemudian semua hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza. Lalu sambutan dari Dekan FPBS Dra. Asrofah, M.Pd. sekaligus membacakan serangkaian acara Gebyar Bulan Bahasa. Ada persembahan penampilan dari beberapa dosen yang menyayikan lagu “Ekspresi” penampilan yang sangat indah, yang diiringi oleh dancer. Ada juga penampilan dari salah satu mahasiswa PBSI yang membacaka puisi yang sangat menyentuh, tentang kegelisahannya terhadap lirik lagu “Indonesia Pusaka” yang diubah menjadi begitu miris. Penutupan Bulan Bahasa ada lomba karnaval, yang masing-masing prodi mengirimkan perwakilan untuk menampilkan kreatifitas mereka dengan pakaian adat yang mereka gunakan. Kata sambutan dari pak Rektor, beliau menyampaikan tentang, semua yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza dengan penuh semangat, apalagi di bagian stanza ke 2 dan 3. Karena pesan yang terdapat dalam lagu itu sangat dalam. Sekaligus penutupan Bulan Bahasa dengan memukul gong yang dilakukan oleh pak Rektor. Untuk penutupan bukan bahasa kali ini ada penampilan dari bintang tamu yaitu Gamelawan yang berkolaborasi dengan Rafarock. Gamelawan merupakan penyanyi yang mengcover lagu-lagu barat dalam bahasa jawa. Bintang tamu mengajak mahasiswa berkolaborasi menyanyikan lagu closer yang dicover dalam bahasa jawa. Setelah selesai dari penampilan bintang tamu, acara selanjutnya pengumuman pemenang-pemenang dari lomba-lomba yang sudah dilaksanakan sebelumnya, pada pertengahan Oktober. Pemenang lomba menerima hadiah dan piagam. Acara selesai sekitar pukul 12.00.

Kucing Kumal
karya Nurlaila


Kucing kumal yang aku temui di pinggir jalan
Ia begitu kumal, kelaparan, bahkan ia tak bersama induknya
Teramat disayangkan, kucing selucu dia
Harus merasakan hidup yang begitu menyedihkan

kucing kumal yang aku temui di pinggir jalan
Memelas kepada semua orang yang melewatinya
Berharap ada orang yang peduli
Namun hal itu tentunya sia-sia

Kucing kumal yang aku temui di pinggir jalan
Ia tak berharap banyak
Ia hanya meminta sedikit, sedikit dari sisa makanan kalian
Tapi perlakuan kalian sangat tidak manusiawi

Kalian justru memperlakukan dia
Layaknya kalian tidak mempunyai otak, hati, dan perasaan
Dimana otak kalian
Dimana otak kalian sebagai manusia

Kucing kumal yang aku temui di pinggir jalan
Kalian maki, kalian usir, bahkan kalian pukul dan tendang dia
Apa salah dia
Kalian boleh tidak menyukai kucing tapi tolong jangan sakiti dia

Bawa Aku Terbang oleh Nurlaila Bukan kehidupan seperti ini yang aku inginkan Bukan aturan-aturan yang tak masuk di akal yang aku ingi...